(Ini adalah paper untuk tugas mata kuliah Kepemimpinan dan Organisasi)
A. Pendahuluan
“Lihat
sekolah, lihat alumninya.” Begitulah sebagian masyarakat seringkali menilai
mutu suatu sekolah. Tidak salah memang, mengingat alumni merupakan output dari pendidikan maka penilaian
kualitas sekolah dapat dilihat dari prestasi alumninya. Sekolah yang
berkualitas tentu akan menghasilkan alumni yang berkualitas pula. Untuk
menghasilkan output yang berkualitas,
tentunya diperlukan banyak komponen pendukung, diantaranya kualitas
pembelajaran, kualitas sarana dan prasarana sekolah, dan yang tidak kalah penting adalah kualitas
pimpinan sekolah.
Bagaimanapun kepemimpinan kepala sekolah sangat berperan dalam membangun sekolah yang
bermutu. Maka dari itu pada uraian di bawah ini akan dibahas mengenai atribut
apa saja yang perlu dimiliki kepala sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah.
B. Pembahasan
1. Mutu
Berbasis Sekolah
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, dituliskan mutu adalah ukuran baik buruk suatu
benda. Sedangkan dalam artikel Ridwan Idris berjudul Pendekatan Pendidikan Berbasis Mutu dituliskan pengertian mutu
menurut beberapa ahli, yaitu
a.
Crosby :
mutu adalah conformance to requirement
atau sesuai dengan yang diisyaratkan atau memenuhi standar ;
b.
Juran :
mutu adalah keselarasan produk atau fitness
to use untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Hal ini
mengindikasikan bahwa mutu adalah sebuah keunggulan produk atau jasa yang dapat
memuaskan pelanggan ;
c.
Garvin dan
Javis : mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mutu berkaitan dengan usaha
memenuhi atau melebihi keinginan dan harapan konsumen yang mencakup produk,
tenaga kerja, proses, dan lingkungan.
Lebih
lanjut, Edward Sallis (dalam Idris ; 2009) menyatakan bahwa sekolah yang
bermutu diantaranya memiliki ciri-ciri di bawah ini :
a.
Sekolah
berfokus pada pelanggan, dalam hal ini adalah para stakeholder. Pada sekolah bermutu, totalitas perilaku staf, tenaga
akademik, dan pimpinan melakukan tugas pokok dna fungsi untuk memenuhi
kebutuhan stakeholder.
b.
Sekolah
memiliki strategi untuk mencapai mutu, baik di tingkat pimpinan, tenaga
akademik, maupun tenaga administratif.
c.
Sekolah
mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk mencapai
kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai instrumen untuk berbuat benar pada
peristiwa atau kejadian berikutnya.
d.
Sekolah
memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas, baik perencanaan
jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.
e.
Sekolah
mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua pihak sesuai dengan tugas
pokok, fungsi, dan tanggung jawabnya.
f.
Sekolah
mendorong orang yang dipandang memiliki kreatifitas, mampu menciptakan kualitas
dan merangsang yang lainnya agar dapat berkerja secara berkualitas.
g.
Sekolah
memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.
h.
Sekolah
menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus sebagai suatu keharusan.
Untuk
membangun sekolah yang bermutu perlu melihat dari segala aspek, artinya mulai
dari input, proses, dan output nya. Salah satu yang bisa
dilakukan untuk mencapai sekolah bermutu adalah penerapan manajemen peningkatan
mutu berbasis sekolah. Menurut Ridwan Idris (2009), Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah merupakan alternatif dalam pengelolaan pendidikan yang lebih
menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Konsep ini diperkenalkan
oleh teori effective school yang
lebih memfokuskan diri pada perbaikan proses pendidikan. Pengembangan konsep
manajemen ini didesain untuk meningkatkan kemampuan sekolah dan masyarakat
dalam mengelola perubahan pendidikan kaitannya dengan tujuan keseluruhan,
kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif kurikulum yang telah ditentukan oleh
pemerintah dan otoritas pendidikan. Dalam pengimplementasian konsep ini,
sekolah memiliki tanggung jawab untuk mengelola dirinya berkaitan dengan
permasalahan administrasi, keuangan dan fungsi setiap personel sekolah di dalam
kerangka arah dan kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah. Kepala
sekolah harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah orang yang mewakili
berbagai kelompok yang berbeda di dalam masyarakat sekolah dan secara
profesional harus terlibat dalam setiap proses perubahan di sekolah.
Lebih
lanjut, Ridwan Idris menuliskan beberapa indikator yang menunjukkan karakter
dari konsep manajemen peningkatan mutu
berbasis sekolah :
a.
lingkungan
sekolah yang aman dan tertib ;
b.
sekolah
memiliki misi dan target mutu yang ingin dicapai ;
c.
sekolah
memiliki kepimpinan yang kuat ;
d.
adanya
harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf
lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi ;
e.
adanya
pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK ;
f.
adanya
pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan
administratif ;
g.
adanya
komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid/masyarakat.
Dari
uraian di atas, bisa disimpulkan bahwa peningkatan mutu berbasis sekolah pada
intinya adalah suatu bentuk manajemen pendidikan yang mengedepankan harapan
masyarakat akan mutu pendidikan, di mana pelaksanaan segala kebijakan
pendidikan melibatkan masyarakat, sehingga diharapkan kedepannya output pendidikan akan sejalan dengan
harapan, keinginan dan kebutuhan masyarakat.
2. Atribut
yang Diperlukan Kepala Sekolah dalam Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Sudah
dipaparkan di atas, bahwa kepemimpinan yang bermutu sangat diperlukan dalam
peningkatan mutu berbasis sekolah. Bagaimana kepala sekolah mengorganisasikan
strukrur organisasi sangat berperan dalam mendorong berfungsinya personel
sekolah secara optimal sesuai dengan tugas pokok, fungsi, dan tanggung
jawabnya.
Tanpa
kepemimpinan mutu pada semua level pimpinan di setiap lembaga, peningkatan mutu
sulit untuk diwujudkan. Komitmen terhadap mutu harus menjadi peran utama setiap
pemimpin dan setiap orang dalam lembaga.
Pemimpin
memiliki peranan penting dalam meningkatkan budaya mutu. Oleh karena itu,
setiap pemimpin menurut Sallis (dalam Usman ; 2013) harus memiliki
atribut-atribut sebagai berikut :
a.
memiliki
visi tentang mutu bagi lembaganya ;
b.
memiliki
komitmen yang kuat trehadap mutu ;
c.
mengomunikasikan
pesan mutu secara efektif ;
d.
memastikan
kebutuhan pelanggan sebagai fokus kebijakan dan melaksanakan kebijakan tersebut
dengan sebaik-baiknya ;
e.
mengarahkan
pengembangan staff ;
f.
bersikap
hati-hatiuntuk tidak menyalahkan orang lain ketika masalah muncul tanpa
bukti-bukti yang kuat karena kebanyakan masalah muncul dari hasil kebijakan
lembaga bukan karena kesalahan staf ;
g.
memimpin
inovasi dalam lembaga ;
h.
mampu
memastikan bahwa struktur organisasi sudah jelas uraian tugas masing-masing
staf. Setiap staf sudah jelas apa yang harus dikerjakan, bagaimana cara
mengerjakan, kapan selesai dikerjakan, dan mempertanggungjawabkan hasilnya
kepada siapa. Demikian juga dengan pendelegasian tugas, semuanya harus jelas;
i.
memiliki
komitmen untuk mengurangi, bahkan menghilangkan hambatan baik bersifat
individual, organisasional, maupun kultural;
j.
membangun
tim kerja yang efektif ;
k.
mengembangkan
mekanisme yang tepat untuk mengawasi dan mengevaluasi keberhasilan pencapaian
mutu.
Selain
pengorganisasian strukrur personel sekolah yang baik, peningkatan mutu berbasis
sekolah bisa juga dilakukan dengan memberdayakan guru. Menurut Spanbauer (dalam
Usman ; 2013) pemimpin memiliki peranan yang sangat penting dalam memberdayakan
guru dan administrator melalui pendampingan agar guru dan administrator mampu
bekerja sama dalam suatu tim kerja yang efektif. Agar pemberdayaan bisa
berjalan optimal pemimpin harus memiliki atribut-atribut di bawah ini :
a.
melibatkan
semua warga sekolah dalam kegiatan pemecahan masalah dengan menggunakan metode
ilmiah, prinsip-prinsip mutu, dan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (statistik)
dalam mengontrol proses ;
b.
meminta
pendapat warga sekolah dan stakeholders
sekolah tentang berbagai hal dan tentang bagaimana cara mereka meningkatkan
mutu ;
c.
menyampaikan
sebanyak mungkin informasi manajemen untuk membantu pengembangan dan peningkatan
komitmen mereka ;
d.
menanyakan
pendapat staf tentang sistem dan prosedur yang dapat menghambat mereka dalam
memberikan mutu pelayanan kepada sesama warga sekolah dan stakeholders eksternal sekolah ;
e.
memahami
bahwa komitmen untuk meningkatkan mutu bukan urusan atasan, tetapi urusan kita
semua ;
f.
memindahkan
tanggung jawab dan kontrol pengembangan profesional kepada staf masing-masing ;
g.
menerapkan
komunikasi efektif ke setiap warga sekolah dan stakeholders eksternal sekolah ;
h.
meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan bernegosiasi untuk menyelesaikan konflik ;
i.
memiliki
sikap membantu tanpa harus mengetahui semua jawaban bagi setiap masalah dan
tanpa merasa rendah diri karena tidak tahu jawaban yang benar ;
j.
memiliki
konsep manajemen mutu, membangun tim kerja yang efektif, pelayanan prima,
komunikasi efektif, dan kepimpinan;
k.
menjadi
teladan dengan menampakkan sifat-sifat positif, menggunakan waktu untuk turun
ke bawah (tidak hanya di belakang meja) melihat situasi, dan mendengarkan
harapan, serta keluhan warga sekolah dan stakeholders
sekolah ;
l.
belajar
berperan sebagai pelatih bukan sebagai bos ;
m.
memberikan
otonomi dan berani mengambil resiko dengan perhitungan yang matang ;
n.
memberikan
perhatian yang berimbang dalam memberikan pelayanan prima antara warga sekolah
dengan stakeholders eksternal
sekolah.
C. Penutup
Pelaksanaan
segala kebijakan pendidikan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat akan
membawa perubahan pendidikan dari sentralistik menjadi lebih demokratis. Dengan
adanya konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, diharapkan akan
memberikan ruang yang cukup bagi sekolah dan masyarakat sekitar untuk lebih
memperhatikan pendidikan. Pelibatan masyarakat ini tentu saja perlu, mengingat
masyarakat adalah stakeholders yang
akan menikmati keberhasilan pendidikan.
Untuk
memberdayakan masyarakat maupun seluruh personil sekolah, seorang pemimpin
harus mempunyai atribut-atribut kepemimpinan agar masyarakat, guru, dan staf bisa bekerja sama
dalam tim kerja yang efektif.
Daftar Rujukan
Arifin
dan Barnawi. 2013. Membangun Sekolah Unggul Berbasis Peningkatan Mutu.
Jogjakarta : Ar-ruzz Media.
Idris,
Ridwan. 2009. Pendekatan Pendidikan Berbasis Mutu. Jurnal Lentera Pendidikan,
Vol 12 No 1 Juni 2009 : 103-123.
Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia.
Usman,
Husaini. 2013. Manajemen. Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan (edisi keempat).
Jakarta : Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar