Sabtu, 04 Januari 2014

"Menembus" Otak Reptil Siswa

(dimuat di Harian Suara Merdeka,  Sabtu 4 Januari 2014)

"Anak-anak, keluarkan buku paket, buka halaman 23. Hari ini kita akan membahas tentang Sumber Energi”
Masih adakah di antara Bapak Ibu guru yang membuka kegiatan belajar mengajar seperti ilustrasi di atas? Jika masih ada, coba bayangkan jika Bapak Ibu guru ini menempati posisi sebagai murid guru tersebut, kira-kira bagaimana responnya? Apakah tertarik? Antusias? Biasa saja? Atau justru hilang selera untuk mengikuti kegiatan pembelajaran?
Bayangkan lagi, jika hal di atas terjadi di Sekolah Dasar (SD) yang notabene guru yang mengampu merupakan guru kelas, yang bisa dikatakan setiap hari bertatap muka dengan si murid. Kemungkinan besar tidak sedikit siswa  akan bosan dan kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Lalu bagaimana solusinya?

Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, Paul D. Maclean membagi otak ke dalam 3 bagian (dikenal dengan konsep Triune Brain), yaitu : otak reptil (bertugas mengatur keseimbangan koordinasi pada tubuh manausia) ; otak limbik (sebagai pengendali emosi) ;  dan otak neokorteks (berkaitan dengan kemampuan manusia dalam berpikir).
Menurut Munif Chatib, dalam bukunya “Kelasnya Manusia”   Triune Brain ini merupakan semacam saluran arus informasi. Pertama informasi masuk lewat otak reptil. Apabila otak reptil terpuaskan, informasi tersebut akan masuk ke otak limbik. Apabila otak limbik terpuaskan, informasi tersebut akan diolah oleh neokorteks dalam aktivitas berfikir. Sebaliknya, jika otak reptil tidak terpuaskan, informasi yang masuk ke otak limbik tidak akan optimal.

Nah...jika mencermati penjelasan di atas bisa dikatakan  “menembus” otak reptil merupakan hal yang penting. Dengan terbukanya otak reptil, memungkinkan proses berpikir akan optimal, karena otak reptil ibarat gerbang yang membuka bagian otak berikutnya. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara “menembus” otak reptil siswa?

Menurut Awie Suwandi, seperti yang dikutip oleh Munif Chatib dalam buku “Kelasnya Manusia”  ada beberapa stimulus yang berperan langsung terhadap otak reptil, yaitu :
stimulus yang fokus pada diri individu yang bersangkutan, stimulus yang mengandung kontras, stimulus yang bersifat konkret, stimulus yang bersifat visual.

Jika boleh saya contohkan, berangkat dari stimulus – stimulus yang bisa merangsang otak reptil di atas, guru bisa melakukan hal-hal berikut :
-           Di awal pembelajaran sapalah siswa dengan sapaan yang berbeda tiap harinya. Misal : “Selamat pagi para juara!”, “Selamat pagi siswa-siswa hebat!”, “Selamat pagi para calon pemimpin, calon astronot, calon ilmuwan, dan seterusnya”. Atau bisa juga dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan siswa. Misal : “Siapa tadi yang minta doa restu kepada orang tua sebelum berangkat sekolah?”, “Siapa tadi pagi yang membantu ibu memasak?”, “Siapa yang tadi pagi bangun sendiri, tidak dibangunkan orang tua?”. Intinya adalah  bagaimana caranya menarik perhatian siswa serta bagaimana catanya  agar siswa memiliki anggapan bahwa dirinya dianggap “ada” oleh gurunya.
-          
       Usahakan untuk selalu membawa benda konkret yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Misalnya akan belajar mengenai bagian-bagian tumbuhan. Jauh lebih menarik bila guru membawa contoh tanaman, kemudian siswa menunjuk bagian-bagian tumbuhan dan menyebutkan namanya, daripada siswa hanya mendengarkan penjelasan guru yang mengatakan bahwa bagian-bagian tumbuhan terdiri atas daun, bunga, batang, akar, dan sebagainya.
-           Gunakan gambar. Otak kita lebih mudah mengenali gambar daripada kata-kata. Misalnya guru akan menjelaskan mengenai konsep gunung meletus. Daripada menyimak penjelasan panjang lebar guru mengenai gunung meletus, akan lebih baik bagi siswa untuk menyimpan suatu konsep mengenai gunung meletus dengan cara mengamati gambar gunung meletus, proses terjadinya gunung meletus dan sebagainya.
-           
Dengan terbukanya otak reptil, diharapkan dapat membuka bagian-bagian otak selanjutnya untuk mencerna informasi yang diterima secara optimal.  Mari coba kita praktikkan ke anak didik kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar