Selama ini taksonomi yang paling sering kita dengar adalah
taksonomi Bloom. Padahal masih banyak taksonomi-taksonomi pembelajaran lainnya. Beberapa diantaranya
adalah taksonomi SOLO, taksonomi Fink, taksonomi Marzano. Yang ingin tahu
sedikit gambaran tentang taksonomi-taksonomi tersebut bisa download di sini
Sabtu, 25 Januari 2014
Sabtu, 04 Januari 2014
"Menembus" Otak Reptil Siswa
(dimuat di Harian Suara Merdeka, Sabtu 4 Januari 2014)
"Anak-anak, keluarkan buku paket, buka
halaman 23. Hari ini kita akan membahas tentang Sumber Energi”
Masih adakah di antara Bapak Ibu guru
yang membuka kegiatan belajar mengajar seperti ilustrasi di atas? Jika masih
ada, coba bayangkan jika Bapak Ibu guru ini menempati posisi sebagai murid guru
tersebut, kira-kira bagaimana responnya? Apakah tertarik? Antusias? Biasa saja?
Atau justru hilang selera untuk mengikuti kegiatan pembelajaran?
Bayangkan lagi, jika hal di atas
terjadi di Sekolah Dasar (SD) yang notabene guru yang mengampu merupakan guru
kelas, yang bisa dikatakan setiap hari bertatap muka dengan si murid.
Kemungkinan besar tidak sedikit siswa
akan bosan dan kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Lalu bagaimana solusinya?
Dalam kaitannya dengan proses
pembelajaran, Paul D. Maclean membagi otak ke dalam 3 bagian (dikenal dengan konsep
Triune Brain), yaitu : otak reptil (bertugas mengatur keseimbangan koordinasi
pada tubuh manausia) ; otak limbik (sebagai pengendali emosi) ; dan otak neokorteks (berkaitan dengan
kemampuan manusia dalam berpikir).
Menurut Munif Chatib, dalam bukunya
“Kelasnya Manusia” Triune Brain ini
merupakan semacam saluran arus informasi. Pertama informasi masuk lewat otak
reptil. Apabila otak reptil terpuaskan, informasi tersebut akan masuk ke otak
limbik. Apabila otak limbik terpuaskan, informasi tersebut akan diolah oleh
neokorteks dalam aktivitas berfikir. Sebaliknya, jika otak reptil tidak
terpuaskan, informasi yang masuk ke otak limbik tidak akan optimal.
Nah...jika mencermati penjelasan di
atas bisa dikatakan “menembus” otak
reptil merupakan hal yang penting. Dengan terbukanya otak reptil, memungkinkan proses
berpikir akan optimal, karena otak reptil ibarat gerbang yang membuka bagian
otak berikutnya. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara “menembus” otak
reptil siswa?
Menurut Awie Suwandi, seperti yang
dikutip oleh Munif Chatib dalam buku “Kelasnya Manusia” ada beberapa stimulus yang berperan langsung
terhadap otak reptil, yaitu :
stimulus yang fokus pada diri individu
yang bersangkutan, stimulus yang mengandung kontras, stimulus yang bersifat
konkret, stimulus yang bersifat visual.
Jika boleh saya contohkan, berangkat
dari stimulus – stimulus yang bisa merangsang otak reptil di atas, guru bisa
melakukan hal-hal berikut :
- Di awal pembelajaran sapalah siswa dengan sapaan yang berbeda tiap harinya. Misal
: “Selamat pagi para juara!”, “Selamat pagi siswa-siswa hebat!”, “Selamat pagi
para calon pemimpin, calon astronot, calon ilmuwan, dan seterusnya”. Atau bisa
juga dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan siswa.
Misal : “Siapa tadi yang minta doa restu kepada orang tua sebelum berangkat
sekolah?”, “Siapa tadi pagi yang membantu ibu memasak?”, “Siapa yang tadi pagi
bangun sendiri, tidak dibangunkan orang tua?”. Intinya adalah bagaimana caranya menarik perhatian siswa
serta bagaimana catanya agar siswa
memiliki anggapan bahwa dirinya dianggap “ada” oleh gurunya.
-
Usahakan
untuk selalu membawa benda konkret yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari. Misalnya akan belajar mengenai bagian-bagian tumbuhan. Jauh lebih
menarik bila guru membawa contoh tanaman, kemudian siswa menunjuk bagian-bagian
tumbuhan dan menyebutkan namanya, daripada siswa hanya mendengarkan penjelasan
guru yang mengatakan bahwa bagian-bagian tumbuhan terdiri atas daun, bunga, batang,
akar, dan sebagainya.
- Gunakan
gambar. Otak kita lebih mudah mengenali gambar daripada kata-kata. Misalnya
guru akan menjelaskan mengenai konsep gunung meletus. Daripada menyimak
penjelasan panjang lebar guru mengenai gunung meletus, akan lebih baik bagi
siswa untuk menyimpan suatu konsep mengenai gunung meletus dengan cara
mengamati gambar gunung meletus, proses terjadinya gunung meletus dan
sebagainya.
-
Dengan terbukanya otak reptil,
diharapkan dapat membuka bagian-bagian otak selanjutnya untuk mencerna
informasi yang diterima secara optimal.
Mari coba kita praktikkan ke anak didik kita.
Langganan:
Postingan (Atom)